Memahami dan Menyikapi Potensi Perbedaan Shafar, Rajab, Ramadhan, dan Dzulhijjah 1434/2013


T. Djamaluddin

Profesor Riset Astronomi Astrofisika, LAPAN

Anggota Badan Hisab Rukyat, Kementerian Agama

 

(Bulan sabit muda, dari http://www.astropix.com)

Memasuki tahun baru sebagian ummat Islam yang peduli dengan upaya penyatuan kalender Islam biasanya membanding-bandingkan kalender yang beredar di masyarakat, baik dari Kementerian Agama maupun dari ormas-ormas Islam. Untuk tahun 1434/2013 ada 4 bulan yang menunjukkan perbedaan penentuan karena perbedaan kriteria yang digunakan, yaitu Shafar, Rajab, Ramadhan, dan Dzulhijjah. Kriteria utama yang digunakan oleh sebagian besar ummat Islam di Indonesia saat ini terbagi menjadi tiga:  kriteria imkan rukyat 2 derajat (IR 2 derajat, a.l. pada kalender Kementerian Agama dan NU), kriteria imkan rukyat astronomis (IR Astronomis, pada kalender Persis), dan kriteria wujudul hilal (WH, pada kalender Muhammadiyah). Untuk penentuan awal bulan yang terkait waktu ibadah, khususnya Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, banyak juga ummat Islam yang tetap menggunakan rukyatul hilal (pengamatan bulan sabit pertama), walau pun mereka mempunyai kalender. Namun perbedaan antara hasil hisab yang tertulis di kalender dan hasil rukyat, secara umum tergantung juga pada kriteria yang digunakan. Berikut ini dibahas empat bulan yang berpotensi terjadi perbedaan karena perbedaan kriteria, baik perbedaan sesama hisab (perbedaan penetapan kalender) maupun potensi perbedaan hisab di kalender dengan hasil rukyat.

Berdasarkan garis tanggal qamariyah (kalender bulan), terlihat garis wujudul hilal (pemisah arsir merah dan putih) Shafar 1434 membelah Indonesia. Di wilayah Barat, pada saat maghrib 13 Desember bulan telah wujud. Menurut kriteria WH dan prinisp wilayatul hukmi yang digunakan Muhammadiyah, awal Shafar jatuh pada 14 Desember 2012. Tetapi dengan menggunakan kriteria IR 2derajat dan IR astronomis, pada saat maghrib bulan masih sangat rendah sehingga belum memenuhi kriteria IR, sehingga bulan Muharram diistikmalkan (digenapkan) menjadi 30 hari. Maka berdasarkan kriteria IR, 1 Shafar jatuh pada 15 Desember 2012.

Pada saat maghrib 10 Mei 2013, bulan sudah di atas ufuk dan di wilayah Indonesia umumnya tinggi bulan sudah di atas 2 derajat. Jadi menurut kriteria WH dan IR 2 derajat, awal Rajab jatuh pada 11 Mei 2013. Tetapi sebenarnya ketinggianya masih terlalu rendah dan jarak bulan matahari masih terlalu dekat sehingga hilal masih terlalu tipis dan cahayanya masih terlalu lemah untuk mengalahkan cahaya syafak (cahaya senja). Hal itu tidak memungkinkan untuk bisa dirukyat. Berdasarkan kriteria IR astronomis, untuk bisa dirukyat beda tinggi bulan-matahari minimal 4 derajat dan jarak bulan matahari lebih dari 6,4 derajat. Padahal pada saat itu beda tinggi bulan-matahari umumnya kurang dari 4 derajat, demikian pula jarak bulan-matahari kurang dari 4 derajat. Maka kemungkinan besar rukyat pun tidak akan berhasil sehingga kemungkinan 1 Rajab berdasarkan rukyatul hilal jatuh pada 12 Mei. Demikian juga berdasarkan kriteria IR astronomi yang digunakan Persis, 1 Rajab jatuh pada 12 Mei 2013.

Pada saat maghrib 8 Juli 2013, bulan sudah berada di atas ufuk di sebagian wilayah Indonesia. Maka berdasarkan kriteria WH dan prinsip wilayatul hukmi, kalender Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada 9 Juli 2013. Tetapi karena bulan terlalu rendah, tidak mungkin hilal terlihat, sehingga bulan Sya’ban diistikmalkan (digenapkan) 30 hari. Maka menurut kriteria IR 2 derajat dan IR astronomi, 1 Ramadhan jatuh pada 10 Juli 2013.

Pada saat maghrib 5 Oktober 2013, bulan sudah wujud dan di sebagian wilayah Indonesia tingginya lebih dari 2 derajat. Berdasarkan kriteria WH dan IR 2 derajat, maka 1 Dzulhijjah 1434 jatuh pada 6 Oktober 2013. Tetapi sebenarnya ketinggiannya masih terlalu rendah dan jarak bulan-matahari masih terlalu dekat. Itu tidak memungkinakn untuk dirukyat.  Beda tinggi bulan-matahari umumnya kurang dari 4 derajat dan jarak bulan-matahari juga umumnya masih kurang dari 6,4 derajat. Jadi berdasarkan kriteria IR astronomis yang digunakan Persis, 1 Dzulhijjah jatuh pada 7 Oktober 2013.

Bagaimana menyikapi bila terjadi perbedaan, khususnya yang terkait dengan ibadah yang bersifat massal, seperti shaum Ramadhan dan hari raya? Demi persatuan ummat, ketika terjadi perbedaan seperti itu, kita ikuti saja keputusan pemerintah yang diputuskan pada sidang itsbat. Sidang itsbat merupakan forum untuk memutuskan perbedaan setelah mempertimbangkan berbagai masukan dari para pakar, ulama, dan perwakilan Ormas Islam.

Baca juga: https://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/07/11/sidang-isbat-upaya-pemerintah-memberi-kepastian-di-tengah-keragaman/

31 Tanggapan

  1. Ass wr wb.
    Pak Djamaluddin, mohon izin “share”.
    Terimakasih.
    Wass wr wb.

  2. pk djamal kok ngak rame lg yg ksh komentar?….ada apa ini

    • Bisa bermakna setuju, bisa juga bermakna abai pada masalah yang diungkapkan.

      • Mungkin juga, orang pada malas mengurus hal yang seperti ini,

        karena masih menganggap Astronomi itu sulit dan butuh perhitungan matematis.

        Padahal, di masa lampau ilmuwan Muslim lebih menguasai astronomoi dibandingkan dengan sekarang,

        saya tertarik astronomi sejak kecil karena melihat kalender dan penasaran bagaimana menentukan hari libur nasional yang setiap tahun relatif berbeda

      • Ya, astronomi sekarang mudah dengan bantuan berbagai S/W astronomi.

  3. Assalamu’alaik.
    Pak, bagaimana dengan hilal lintang tinggi (di atas 60 derajat utara dan selatan bumi hingga ke kutub). kabarnya, mereka sulit melihat bulan atau jadwal bulannya yang bisa dilihat adalah fase purnama. bila kondisi begini, bagaimana mereka melakukan rukyatul hilal? apakah masalah mereka ini sama dengan waktu2 sholat dimana mereka mengacu pada waktu2 sholat di lintang yang lebih rendah. Mohon Informasinya. Jazakallah.
    Wassalamu’alaik.

    • Rukyatul hilal bisa berlaku regional, sehingga wilayah lintang tinggi yang tidak mungkin melihat hilal mengikuti wilayah di sekitarnya. Di wilayah lintang tinggi dalam kondisi tertentu (matahari/bulan berada di belahan bumi yang berbeda dengan tempat pengamatan) memang tidak mungkin untuk melihat hilal, sama halnya tidak mungkin juga melihat akhie senja atau awal fajar. Nah, dalam kondisi tidak normal seperti itu, maka wilayah itu mengikuti wilayah sekitarnya yang normal (untuk penentuan awal bulan) atau mengikuti waktu normal sebelumnya (untuk waktu shalat).

  4. FYI, utk tambahan bacaan, Ringkasan Garis awal bulan Qomariah utk tahun 1434 H. http://goo.gl/mZyrg

    • Ass wr wb.
      Apabila kita cermati Ringkasan Garis Awal bulan Qomariah th 1434H pada http://goo.gl/mZyrg maka penentuan awal bulan Qomariah menjadi lebih mudah dan lebih jelas karena gambar accurate times yg disajikan bukan satu tanggal melainkan dua tgl sekaligus sehingga lebih jelas terlihat urut2an wilayah yg memasuki awal bulan qomariah dimulai dari ILDL=garis awal bulan qomariah kearah barat (kekiri).
      Dalam accurate times tsb wilayah dimuka bumi dibagi menjadi wilayah2 dg bidang warna yg berbeda tergantung dr kemungkinan penampakan hilal di wilayah tsb.
      Wlayah arsir MERAH : mustahil melihat hilal.
      Wilayah warna PUTIH : tdk mungkin melihat hilal.
      Wilayah arsir BIRU : dpt melihat hilal dg bantuan alat optik.
      Wilayah arsir MAGENTA : dpt melihat hilal dg mata telanjang.
      Wilayah arsir HIJAU : sangat mudah melihat hilal dg mata telanjang.
      Jadi ILDL dlm accurate times kriteria Odeh tsb adalah garis batas antara wilayah PUTIH dengan arsir BIRU, krn di wilayah itulah untuk pertama kalinya hilal dpt dilihat dr permukaan bumi dg bantuan alat optik pada suatu hr/tgl saat magrib.
      Oleh karena itu dg pemahaman ttg ILDL dan wawasan global accurate times kita dapat dg mudah menyusun kalender hijriyah lokal yg berwawasan global yaitu dg terlebih dahulu menentukan awal bulan hijriyahnya.

      Awal bulan2 hijriyah th 1434 H untuk INDONESIA, perhitungannya adalah sbb :

      MUHARRAM 1434H.
      Pd tgl 13 Nop 2012 saat magrib seluruh wilayah Indonesia berada pada arsir merah yg berarti masih mustahil melihat hilal.
      Pd tgl 14 Nop 2012 saat magrib ILDL membelah INDONESIA memisahkan Indonesia Timur pd bidang PUTIH dan Indonesia Barat+Tengah pd arsir BIRU yg berarti bahwa Indonesia Barat+Tengah berrada pd awal bln Muharram 1434H mulai tgl 14 Nop 2012 saat magrib hingga tgl 15 Nop 2012 saat magrib sedangkan Indonesia Timur baru berada pd awal bln Muharram 1434H mulai tgl 15 Nop 2013 saat magrib hingga tgl 16 Nop 2012 saat magrib.
      Dg demikian ada dua wilayah Indonesia yg berbeda dlm mengawali bln Muharram 1434H shg Pemerintah RI dpt menetapkan seperti itu.
      Jika dikehendaki keseragaman utk seluruh Indonesia, maka Pemerintah RI dpt menggunakan “prinsip matlak lokal” yaitu krn sdh ada wilayah Indonesia yg berada pd awal bln Muharram 1343H maka ditetapkan utk seluruh Indonesia berada pd bln Muharram 1434H mulai tgl 14 Nop 2012 saat magrib hingga 15 Nop 2012 saat magrib.

      SAFAR 1434H.
      Pd tgl 13 Des 2012 saat magrib, Indonesia berada pada wilayah putih dan arsir merah yg berarti belum bisa melihat hilal. Baru pada tgl 14 Des 2012 saat magrib Indonesia berada pd arsir hijau, sangat mudah melihat hilal dg mata telanjang.
      Jadi awal bln Safar 1434H utk Indonesia dimulai dr tgl 14 Des 2012 saat magrib hingga tgl 15 Des 2012 saat magrib.

      RABIUL AWAL 1434H.
      Pd tgl 11 Jan 2013 saat magrib, seluruh wilayah Indonesia masih berada pd arsir merah shg belum dpt melihat hilal dan baru pd tgl 12 Jan 2013 saat magrib dpt melihat hilal krn seluruh wilayah Indonesia berada pd arsir biru.
      Jadi seluruh wilayah Indonesia berada pd awal bln Rabiul Awal 1434H mulai tgl 12 Jan 2013 saat magrib hingga tgl 13 Jan 2013 saat magrib.

    • RABIUL AKHIR 1434H.
      Pd tgl 10 Pebr 2013 saat magrib seluruh wilayah Indonesia berada pada arsir merah yg berarti belum melihat hilal dan baru pd tgl 11 Pebr 2013 saat magrib seluruh wilayah Indonesia bisa dg mudah melihat hilal krn berada pd arsir hijau.
      Dg demikian seluruh wilayah Indonesia berada pd awal bln Rabiul Akhir1434H mulai tgl 11 Pebr 2013 saat magrib hingga tgl 12 Pebr 2013 saat magrib.

      JUMADIL AWAL 1434H.
      Pd tgl 11 Mrt 2013 saat magrib seluruh wilayah Indonesia berada pada arsir merah yg berarti belum bisa melihat hilal.
      Pd tgl 12 Mrt 2013 saat magrib ILDL membelah Indonesia memisahkan Aceh+Sumatera Utara pd arsir biru dan wilayah Indonesia lainnya pd bidang putih shg utk Aceh+Sumatera Utara akan nerada pd awal bln Jumadil Awal1434H mulai tgl 12 Mrt 2013 saat magrib hingga tgl 13 Mrt 2013 saat magrib, sedangkan utk wilayah Indonesia yg lain berada pada awal bln Jumadil Awal 1434H mulai tgl 13 Mrt 2013 saat magrib hingga tgl 14 Mrt 2013 saat magrib.
      Dg demikian ada dua wilayah di Indonesia yg berbeda dlm memasuki awal bln Jumadil Awal 1434H shg Pemerintah RI dpt menetapkan spt itu.
      Jika dikehendaki keseragaman untuk seluruh wilayah Indonesia, Pemerintah RI dpt menerapkan “prinsip matlak lokal” yaitu krn sdh ada wilayah di Indonesia yg dpt melihat hilal maka ditetapkan seluruh wilayah Indonesia berada pd awal bln Jumadil Awal 1434H mulai tgl 12 Mrt 2013 saat magrib hingga tgl 13 Mrt 2013 saat magrib.

      JUMADIL AKHIR 1434H.
      Pd tgl 10 Apr 2013 saat magrib seluruh wilayah Indonesia berada pada arsir merah yg berarti belum bisa melihat hilal dan baru pd tgl 11 Apr 2013 saat magrib bisa melihat hilal karena berada pada arsir magenta.
      Jadi seluruh wilayah Indonesia berada pd awal bln Jumadil Akhir 1434H mulai tgl 11 Apr 2013 saat magrib hingga tgl 12 Apr 2013 saat magrib.

      RAJAB 1434H.
      Pd tgl 10 Mei 2013 saat magrib seluruh wilayah Indonesia berada pada arsir putih yg berarti belum bisa melihat hilal dan baru pd tgl 11 Mei 2013 saat magrib bisa melihat hilal krn berada pd arsir hijau.
      Jadi seluruh wilayah Indonesia berada pada awal bln RAJAB 1434H mulai tgl 11 Mei 2013 saat magrib hingga tgl 12 Mei saat magrib.

      SYA’BAN 1434H.
      Pd tgl 8 Jun 2013 saat magrib seluruh wilayah Indonesia berada pd arsir merah yg berarti belum bisa melihat hilal dan baru pd tgl 9 Jun 2013 saat magrib bisa melihat hilal krn berada pd arsir biru.
      Jadi seluruh wilayah Indonesia berada pd awal bln Sya’ban 1434H mulai tgl 9 Jun 2013 saat magrib hingga tgl 10 Jun 2013 saat magrib.

    • RAMADHAN 1434H.
      Pd tgl 8 Jul 2013 saat magrib wilayah Indonesia berada pd arsir merah dan bidang putih yg berarti belum bisa melihat hilal. Baru pd tgl 9 Jul 2013 saat magrib bisa melihat hilal krn berada pada arsir ,agenta dan hijau.
      Jadi awal bulan Ramadhan 1434H di Indoneisia dimulai dr tgl 9 Jul 2013 saat magrib hingga tgl 10 Jul 2013 saat magrib.

      SYAWAL 1434H.
      Pd tgl 6 Agst 2013 saat magrib seluruh wilayah Indonesia berada pd arsir merah yg berarti belum bisa melihat hilal, kemudian pd tgl 7 Agst 2014 saat magrib, seluruh wilayah Indonesia berada pd arsir putih yg berarti masih belum bisa melihat hilal sehingga baru pd tgl 8 Agst 2013 saat magrib bisa melihat hilal krn berada pada arsir hijau (accurate times tgl 8 Agst 2013 tdk disajikan).
      Dg demikian awal bln Syawal 1434H di Indonesia dimulai dr tgl 8 Agst 2013 saat magrib hingga tgl 9 Agst 2013 saat magrib.

      DZULKAIDAH 1434H.
      Pd tgl 5 Sept 2013 saat magrib seluruh wilayah Indonesia berada pd arsir merah yg berarti belum bisa melihat hilal dan

    • baru pd tgl 6 Sept 2013 saat magrib bisa melihat hilal krb berada pd arsir magenta.
      Jadi awal bln Dzulkaidah 1435H untuk Indonesia dimulai dr tgl 6 Sept 2013 saat magrib hingga tgl 7 Sept 2013 saat magrib.

      DZULHIJAH 1434H.
      Pd tgl 5 Okt 2013 saat magrib seluruh wilayah Indonesia berada pd arsir putih yg berarti belum bisa melihat hilal dan baru pd tgl 6 Okt 2013 saat magrib bisa melihat hilal krn berada pd arsir hijau.
      Jadi awal bln Dzulkaidah 1434H utk Indonesia dimulai dr tgl 6 Okt 2013 saat magrib hingga tgl 7 Okt 2013 saat magrib.
      Wass wr wb.

  5. Prof.Gimana bagi pengikut ormas atau aliran tertentu yg militan,atau sangat patuh terhadap keputusan golongan tersebut,apakah tetap sah menjalankan ibadahnya atau bagaiman???

    terima kasih

    • Sah tidaknya suatu ibadah didasarkan pada keyakinan. Kalau mereka yakin dengan waktu ibadah tersebut, insya-allah sah ibadahnya. Namun, kalau sudah tahu bahwa ada perbedaan penentuan, semestinya mereka mengkaji dulu pendapat mana yang akan diikutinya sebelum memutuskan meyakini pendapat kelompoknya. Mengikuti tanpa ilmu itu namanya taqlid. Taqlid hanya dibolehkan bagi orang yang memang tidak mampu untuk mengkaji masalah, selain hanya mengikuti pimpinan mereka.

  6. Insya Allah IR,IRA,WH semuanya masuk sorga….semuanya sudah menggunakan ilmu Astronomi,hanya beda kriteria sedikit-sedikit.Taqlid? Nggak lah…Insya Allah di sorga akan bersatu…di dunia ya biar aja beda dikit, persamaannya kan jauh lebih banyak….beda tetapi tetap bersatu….Insya Allah.

  7. kenapa 1 ramadhan 1434 hijriah mengalami perbedaan……….

    • Karena beda kriteria yang digunakan, khususnya Muhammadiyah yang masih menggunakan kriteria wujudul hilal. Ada kelompok-kelompok kecil yang masih menggunakan kriteria hisab urfi (periodik), tetapi jumlah pengikutnya sangat kecil dan tampak menonjol karena berita media massa saja.

  8. kapan sidang isbath ramadhan 1434 hijriah…………………

  9. jadi…….
    kita kaum muslimin sesungghunya TAK patut punya kalender, lihat hilal azza tiap bulkan.
    atauz dua kalender??

  10. […] Sebenarnya selain awal Ramadhan dan Syawwal, awal bulan hijriah lainnya dimungkinkan untuk berbeda. Lagi-lagi penyebabnya bisa karena kriterianya. Akan tetapi memang masyarakat  lebih awas akan perbedaan awal Ramadhan dan awal Syawwal dibanding awal bulan lainnya. Buktinya, awal bulan Shafar dan Rajab lalu NU dan Muhammadiyah berbeda awal bulannya. Namun kita sepertinya tidak menyadari itu, karena kurang merasakan efeknya (tidak seperti awal Ramadhan atau awal Syawwal yang berefek pada ibadah shaum Ramadhan). Silahkan gunakan mesin pencari mengenai perbedaan tersebut atau silahkan baca tulisan terkait masalah tersebut di sini. […]

  11. […] digunakan oleh ormas-ormas Islam di Indonesia. Potensi perbedaan pada tahun 1434 telah diuraikan di blog saya ini, salah satunya adalah potensi perbedaan penentuan awal Dzulhijjah dan Idul Adha. Untuk memahami […]

  12. prof saya ingin sedikit berdiskusi krn anda adalah org yg pandai drpd saya. saya titip pesan mohon disampekan ke seluruh umat jika ini kira2 pemikiran ini benar yaitu bahwa bumi ini skrg semakin panas aja krn byk nya penebangan baik resmi maupun ilegal akan mempengaruhi suhu bumi yg sebelumnya dingin (dijaman dulu) menjadi sejuk (th 1970 an) dan menjadi panas (skrg) sy baca dan sy lihat (pakai google map) bahwa kutub utara dan selatan makin mengecil krn mencair. nantinya kalau kutub2 ini kecil sekali atau hilang maka bumi akan bergerak perlahan dari kutub utara menjadi kutub selatan dan sebaliknya dengan posisi putar bumi tetap tanpa perubahan maka akan terlihat terbit matahari dari barat ke timur kebalikan dr skrg dan ini adalah salah satu tanda besar kiamat bukan? baru kita akan sadari, lalu kita menanam pohon tapi akan tetap terlambat krn pohon tumbuh butuh waktu (contoh pohon jati butuh 25thn utk jadi besar) maka semakin panas dan mempengaruhi rotasi bumi ke matahara akan bergeser sehingga bumi semakin mendekati matahari terlihat matahari seukuran jengkal tangan (juga tanda kiamat) dan selanjutnya akan menabrak planet terdekat (sdh kiamat). jadi mohon disampekan agar2 org2 mau menanam pohon di tanah yg kosong juga di atap rumah masing2 sebagai ganti tanah yg di bangun jadi terlihat hijau semua dari atas. demikian sedikit pemikiran dan ke khawatiran sy akan nasib bumi kita ini hanya prof lah yg bisa menafsirkan pemikiran sy ini, terima kasih. juga titip tolong disampekan terima kasih ke ibu risma walikota surabaya yg suka menghijaukan dan bertanam semoga terus spt itu.

  13. prof saya ingin sedikit berdiskusi krn anda adalah org yg pandai drpd saya. saya titip pesan mohon disampekan ke seluruh umat jika ini kira2 pemikiran ini benar yaitu bahwa bumi ini skrg semakin panas aja krn byk nya penebangan baik resmi maupun ilegal akan mempengaruhi suhu bumi yg sebelumnya dingin (dijaman dulu) menjadi sejuk (th 1970 an) dan menjadi panas (skrg) sy baca dan sy lihat (pakai google map) bahwa kutub utara dan selatan makin mengecil krn mencair. nantinya kalau kutub2 ini kecil sekali atau hilang maka bumi akan bergerak perlahan dari kutub utara menjadi kutub selatan dan sebaliknya dengan posisi putar bumi tetap tanpa perubahan maka akan terlihat terbit matahari dari barat ke timur kebalikan dr skrg dan ini adalah salah satu tanda besar kiamat bukan? baru kita akan sadari, lalu kita menanam pohon tapi akan tetap terlambat krn pohon tumbuh butuh waktu (contoh pohon jati butuh 25thn utk jadi besar) maka semakin panas dan mempengaruhi rotasi bumi ke matahara akan bergeser sehingga bumi semakin mendekati matahari terlihat matahari seukuran jengkal tangan (juga tanda kiamat) dan selanjutnya akan menabrak planet terdekat (sdh kiamat). jadi mohon disampekan agar2 org2 mau menanam pohon di tanah yg kosong juga di atap rumah masing2 sebagai ganti tanah yg di bangun jadi terlihat hijau semua dari atas. demikian sedikit pemikiran dan ke khawatiran sy akan nasib bumi kita ini hanya prof lah yg bisa menafsirkan pemikiran sy ini, terima kasih. juga titip tolong disampekan terima kasih ke ibu risma walikota surabaya yg suka menghijaukan dan bertanam semoga terus spt itu. sy percaya pd hr kiamat biarlah datang sesuai takdir allah tapi jgn kita percepat oleh tangan kita sdri (spt bunuh diri) dg merusak alam (tanaman), sehingga dtg lebih cepat hr kiamat itu.

  14. Prof. Thomas, menurut SK bersama 3 menteri, hari raya Idul Adha 1434 H jatuh pd 15 Oktober 2013. Sedangkan menurut kriteria IR astronomis, 1 Zulhijjah 1434 H jatuh pd 7 Oktober 2013. Krn ketinggian hilal yg sudah mencapai lebih 2 derajat pd saat maghrib tgl 5 Oktober 2013, apakah bila ada kesaksian hilal pd tgl tsb bisa diterima?

    • Kesaksian yang disertai dengan citra hilal yang meyakinkan bisa diterima secara sains dan sekaligus secara syar’i. Namun, untuk penetapan/itsbat kesaksian yang diyakini secara syar’i sudah cukup. Sidang itsbat nanti yang akan menentukan.

      • Sebenarnya apa yang menjadi keberatan dari Pemerintah untuk menetapkan hari raya jauh-jauh hari sebelumnya?

        Betapapun dibungkus dengan segala kecanggihan ilmu astronomi modern yang berbasis komputer namun jika ujung-ujungnya pada saat penetapan hari raya tetap dilakukan pada H-1/H-2 maka sama saja kecanggihan ilmu astronomi itu seolah-olah menjadi nihil. Berpengetahuan canggih namun berperilaku jumud. Ibarat punya mobil namun tidak bermanfaat untuk memudahkan kita pergi dari Jakarta ke Surabaya karena kita malah memilih berjalan kaki. Ilmu hanya untuk dikuasai namun tidak untuk diamalkan. Bukankah di akhirat kelak akan ada pertanyaan tentang ilmu yang dimiliki, apa yang telah diamalkan dari ilmunya?

Tinggalkan komentar