Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1441


T. Djamaluddin

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN

Anggota Tim Hisab Rukyat, Kementerian Agama

Hisab global dengan analisis garis tanggal sangat berguna untuk memahami potensi perbedaan yang bersumber dari perbedaan kriteria. Garis tanggal  berikut ini dibuat dengan aplikasi Accurate Hijri Calculator (AHC) untuk menentukan secara hisab awal Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah 1441

Garis tanggal Ramadhan 1441 berdasarkan kriteria Wujudul Hilal (antara arsir merah dan putih), ketinggian bulan 2 derajat (antara arsir putih dan biru), dan kriteria Odeh (antara arsir biru dan hijau).

Garis tanggal Ramadhan 1441 berdasarkan Rekomendasi Jakarta 2017.

Semua kriteria yang berlaku di Indonesia, Wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah dan ketinggian bulan 2 derajat yang digunakan NU,  semuanya menunjukkan pada saat maghrib 23 April 2020 posisi bulan telah memenuhi kriteria. Artinya, secara hisab ditentukan awal Ramadhan 1441 jatuh pada 24 April 2020. Namun menurut kriteria internasional (kriteria Odeh) dan usulan Rekomendasi Jakarta 2017 (yang kriterianya sudah digunakan Persis), pada saat maghrib 23 April 2020 posisi bulan belum memenuhi kriteria, sehingga menurut kriteria tersebut awal Ramadhan 1441 jatuh pada hari berikutnya, 25 April 2020. Kepastiannya menunggu hasil sidang itsbat yang akan menggabungkan dengan hasil rukyat (pengamatan) hilal pada saat maghrib 23 April 2020. Sesuai Rekomendasi Jakarta 2017, bila ada perbedaan karena beda kriteria atau beda dengan hasil rukyat (pengamatan) hilal maka kita merujuk keputusan Pemerintah sebagai otoritas tunggal, demi persatuan ummat.

Garis tanggal Syawal 1441 berdasarkan kriteria Wujudul Hilal (antara arsir merah dan putih), ketinggian bulan 2 derajat (antara arsir putih dan biru), dan kriteria Odeh (antara arsir biru dan hijau).

Syawal 1441-Rekomendasi Jakarta

Garis tanggal Syawal1441 berdasarkan Rekomendasi Jakarta 2017.

Semua kriteria yang berlaku di Indonesia, Wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah dan ketinggian bulan 2 derajat yang digunakan NU, serta kriteria internasional (kriteria Odeh) dan usulan Rekomendasi Jakarta 2017 (yang kriterianya sudah digunakan Persis), semuanya menunjukkan pada saat maghrib 22 Mei 2020 posisi bulan belum memenuhi kriteria. Artinya, secara hisab ditentukan awal Syawal (Idul Fitri) 1441 jatuh pada hari berikutnya 24 Mei 2020. Kepastiannya menunggu hasil sidang itsbat yang akan menggabungkan dengan hasil rukyat (pengamatan) hilal pada saat maghrib 22 Mei 2020.

Garis tanggal Dzulhijjah 1441 berdasarkan kriteria Wujudul Hilal (antara arsir merah dan putih), ketinggian bulan 2 derajat (antara arsir putih dan biru), dan kriteria Odeh (antara arsir biru dan hijau).

Garis tanggal Dzulhijjah 1441 berdasarkan Rekomendasi Jakarta 2017.

Semua kriteria yang berlaku di Indonesia, Wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah dan ketinggian bulan 2 derajat yang digunakan NU, serta kriteria internasional (kriteria Odeh) dan usulan Rekomendasi Jakarta 2017 (yang kriterianya sudah digunakan Persis), semuanya menunjukkan pada saat maghrib 21 Juli 2020 posisi bulan sudah memenuhi kriteria. Artinya, secara hisab ditentukan awal Dzulhijjah 1441 jatuh pada 22 Juli 2020 dan Idul Adha jatuh pada 31 Juli 2020. Kepastiannya menunggu hasil sidang itsbat yang akan menggabungkan dengan hasil rukyat (pengamatan) hilal pada saat maghrib 21 Juli 2020.

6 Tanggapan

  1. Pak Thomas Djamaluddin, saya mau tanya.

    1. Sejak tahun berapa Persis menggunakan kriteria Rekomendasi Jakarta 2017?
    Saya baca keputusan beberapa tahun terakhir, Persis menggunakan kriteria tinggi hilal 4 derajat, elongasi 6,4 derajat.

    2. Bagaimana dengan NU, apakah mulai tahun ini ikut Rekomendasi Jakarta 2017 atau belum? yang saya baca, NU juga menolak tinggi hilal 3 derajat, tetap pada keputusannya tinggi hilalnya minimal 2 derajat, umur bulan minimal 8 jam/elongasi bulan–matahari minimal 3 derajat. https://www.nu.or.id/post/read/116986/kiai-ahmad-ghazalie-masroeri-bela-prinsip-falak-nu-di-forum-internasional

    3. Pak Ma’ruf Amin yang jadi pembicara Rekomendasi Jakarta 2017 sekarang sudah jadi Wapres. Apakah keputusan bersama 3 derajat ini langsung diterapkan sidang istbat tahun ini termasuk juga NU? Atau perubahan kriteria menjadi 3 derajat sekalian nunggu itsbat 2022 saat hasil Hisab Muhammadiyah berbeda dalam puasa dan Lebaran?

    4. Berapa Kriteria Odeh minimal ketinggian hilal berapa derajat di atas ufuk, berapa derajat elongasi dan berapa jam usia bulan?

    • 1. Persis menggunakan Kriteria LAPAN (2010): [beda tinggi 4 derajat, elongasi 6,4 derajat] pada 2012. Beda tinggi 4 derajat = tinggi bulan 4 o – 50′ = 3o 10′, bulatkan jadi 3 derajat. Jadi kriteria yang digunakan Persis sudah sama kriteria Rekomendasi Jakarta 2017.
      2. NU masih menggunakan kriteria MABIMS [tinggi bulan 2 derajat, elongasi 3 derajat atau umur 8 jam].
      3. Kita berupaya mencari titik temu antar-ormas Islam agar ada kesepakatan kriteria. Semoga sebelum 2021 sudah ada kesepakatan kriteria ada pada 2022 tidak terjadi perbedaan.
      4. Odeh menggunakan kriteria tebal sabit dan elongasi, kira-kira setara dengan tinggi minimal 5 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

      • Tahun ini NU dan Muhammadiyah dijadwalkan Muktamar. saya pikir sebelum muktamar, dari sekarang moment yang tepat untuk Pak Thomas dan LAPAN “sowan” ke 2 ormas tersebut untuk ekspos kembali Imkan Rukyat sesuai Rekomendasi Jakarta 2017, 3 derajat di atas ufuk. daripada kiritera MABIMS yang hanya 2 derajat hampir mustahil hilal bisa terlihat/rukyat. apalagi Kriteria Istanbul 2016 tinggi, 5 derajat seperti Kriteria Odeh.

        Semoga seluruh umat Islam di Indonesia dan MABIMS berubah kriterianya menggunakan kriteria Rekomendasi Jakarta 2017 dari LAPAN yang lebih masuk akal (kemungkinan hilal pertama kali tampak, dibandingkan kriteria cuma 2 derajat & Wujudil Hilal) dan kita semua mulai puasa, Idul Fitri dan Idul Adha bersama. Aamiinn..

      • Saya sdg menyiapkan surat kpd Menteri Agama, MUI, dan ormas2 Islam utk kembali menyampaikan pertimbangan sains terkait upaya penyatuan kalender hijriyah.

  2. Mohon maaf Prof. Thomas, hasil rukyatul hilal Kemenag pd 23 April 2020 menyatakan bhw hilal sudah terlihat setidaknya di 3 titik pengamatan. Berarti kriteria Rekomendasi Jakarta 2017 masih kurang akurat, krn menurut hisab dng kriteria Rekomendasi Jakarta 2017, hilal masih blm terlihat di Indonesia pd 23 April 2020.

Tinggalkan komentar