T. Djamaluddin
Profesor Riset Astronomi Astrofisika, LAPAN
Anggota Badan Hisab Rukyat Kementrian Agama
Analisis garis tanggal awal Ramadhan dan Syawal 1432 (gambar dari Taqwim Standar Kementerian Agama RI dan algoritma yang saya buat) dapat memberi gambaran prakiraan awal Ramadhan dan Syawal di Indonesia dan seluruh dunia. Di Indonesia, informasi ini kita gunakan sebagai bahan untuk persiapan. Kepastiannya kita tunggu saja keputusan sidang itsbat di Kementerian Agama.
Awal Ramadhan diprakirakan akan jatuh pada 1 Agustus 2011 karena pada akhir Sya’ban tinggi bulan di Indonesia sekitar 7 derajat, cukup tinggi untuk bisa diamati. Sedangkan awal Syawal (Idul Fitri) 1432 kemungkinan akan terjadi perbedaan karena perbedaan kriteria yang digunakan pada saat posisi bulan cukup rendah. Tinggi bulan saat maghrib di wilayah Indonesia sekitar 2 derajat atau kurang. Berdasarkan kriteria wujudul hilal, ada Ormas Islam yang menentukan Idul Fitri jatuh pada 30 Agustus 2011. Berdasarkan kriteria imkan rukyat (kemungkinan terlihatnya bulan sabit) dan kemungkinan sulitnya mengamati hilal yang sangat rendah, kemungkinan besar Idul Fitri akan jatuh pada 31 Agustus 2011.
Kita perlu mengupayakan segera penyatuan kriteria agar perbedaan seperti ini tidak akan terjadi lagi. Baca artikel terkait:
https://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/08/10/menuju-kalender-islam-indonesia-pemersatu-ummat/
Filed under: 2. Hisab-Rukyat |
Setahu saya, kriteria yang digunakan pemerintah kita dalam membuat kalender hijriyah adalah imkan rukyat. Tetapi kenapa dalam SKB 3 Menteri tentang hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2011 (bisa diambil di http://www.menpan.go.id/index.php/download/category/9-surat-keputusan-bersama) tertulis Idul Ftri 1 Syawal 1432 H adalah 30 Agustus 2011 ?
Karena garis tanggal 2 derajat dekat tepi wilayah Indonesia (lihat gambar 2), ibarat hakim garis pertandingan bulu tangkis, sering jadi perdebatan masuk atau belum. SKB hari libur 2011 disiapkan sejak Februari 2010. Badan Hisab Rukyat memberikan kesepakatan lama (seperti yang tercermin di garis tanggal Badilag) berdasarkan kesepakatan Musyawarah Kerja BHR beberapa tahun lalu. Maret 2010 dilakukan Musyawarah Kerja BHR di Semarang yang mengoreksi kesepakatan lama tersebut terkait penentuan awal Syawal. Kesepakatannya, tanggal 30 Agustus tsb belum masuk tanggal, karena beberapa perhitungan menyatakan kurang sedikit dari 2 derajat, walau pun sebagian perhitungan menyatakan lebih sedikit dari 2 derajat. Ini dilemma pada saat tinggi bulan sekitar batas kriteria, karena kadang dianggap sudah masuk, bisa juga dianggap belum masuk dengan berbagai pertimbangan. Hitungannya eksak, tetapi tetap ada rentang ketidakpastian yang membuka peluang interpretasi ketika dikaitkan juga dengan kemungkinan bisa rukyat (imkan rukyat) atau belum. Hasil kesepakatan Musyawarah Kerja 2010 segera disusulkan untuk mengoreksi draft SKB, tetapi tampaknya ada kesulitas prosedur harus mengulang tanda tangan 3 menteri. Tetapi ada hikmahnya juga, karena hari libur Idul Fitri juga mengakomodasi kalangan yang kemungkinan beridul fitri 30 Agustus dan 31 Agustus.
SKB 3 Menteri tentang hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2011 sudah pernah dikoreksi 2 kali. Koreksi pertama tertanggal 13 Mei 2011 yaitu menambah cuti bersama hari raya waisak tahun 2555 tanggal 16 Mei 2011. Koreksi kedua tertanggal 20 Mei 2011 yaitu menambah cuti bersama kenaikan yesus kristus tanggal 3 Juni 2011. Kalau dilakukan lagi koreksi untuk Idul Fitri 1432 H, saya pikir gak masalah, karena tanggal 30 Agustus tetap libur cuti bersama; jadi antara libur nasional & cuti bersama tinggal geser-geser tanggal, total liburnya (libur nasional + cuti bersama) tetap 5 hari dari tanggal 29 Agustus – 2 September.
Yang saya khawatirkan adalah pada penerimaan kesaksian hilal. Setahu saya, apabila menurut hisab imkan rukyat tanggal 29 Agustus hilal tidak mungkin dilihat ternyata ada yang mengaku melihat hilal, biasanya kesaksiannya akan ditolak. Saya khawatir, saat sidang itsbat tanggal 29 Agustus masih menggunakan hasil perhitungan yang lama (seperti yang tercermin di garis tanggal Badilag), sehingga bila ada yang mengaku melihat hilal pasti akan diterima.
Jawaban bapak saya kutip di blog saya: http://kelanadunia.blogspot.com/2011/08/idul-fitri-1432-yang-tidak-seperti.html. Mohon maaf minta izinnya belakangan.
Makanya pakai IJTIMA” sebagai ukuran pergatian bulan. agar garis/lin itu setipis tidak terlalu tebal lebih gampang memutusnya. dalam perspektif waktu kita bisa gunakan menit, atau bakan detik saja.
Selama ini bapak ingin mengakomodir madzhab ru’yat, mungkin Profesor takut dengan adanya hasits shaheh,” shuumuu liru’yatih….”
Percayalah Prof. untuk menetukan pergantian bulan diserahkan kepada anda dan teman-teman anda.
Ijtima’ sebagai penentuan pergantian bulan logis dan ilmiyah dan lebih bermanfaat karena dapat mengindari perpecahan;
Untuk upaya mengabaikan madzhab ru’yat MUI supaya canggih. memberikan pencerahan tentang kedudukan hadits tersebut.
Penggunaan sekadar ijtimak hanya berlalu untuk kalender non ibadah. Untuk ibadah, dalil tetap hasru mendasari keputusan. Tidak ada dalil untuk penggunaan sekadar ijtimak.
Izin share d twitter. Pak thom ad twitter?
1. Kalau utk benua Eropa, khususnya Jerman, kemungkinan 1 Syawal thn ini jatuh pd tgl berapa dlm kalender Masehi? Insya Allah saya thn ini merayakan Idul Fitri di Frankfurt, Jerman (koordinatnya 50°6′37″N 8°40′56″E).
2. Pada tulisan Bapak berjudul “Titik Temu Penyeragaman Kalender Hijriyah di Indonesia: TINGGAL SATU LANGKAH LAGI YANG BERAT”, Bapak menyinggung tentang kriteria LAPAN. Apakah sekarang kriteria tsb sudah diadopsi oleh pemerintah?
Terima kasih.
Dari garis tanggal dapat diprakirakan Asia, Eropa, Afrika Utara, dan Amerika Utara Idul Fitri jatuh pada 31 Agustus 2011.
Kriteria yang saya usulkan baru menjadi bahan pertimbangan untuk dikaji oleh ormas-ormas. Pemerintah hanya mengakomodasi kesepakatan tersebut. Pemerintah tidak bisa memaksakan suatu kriteria tertentu tanpa kesepakatan para penggunanya, terutama ormas-ormas Islam.
Kalau kita masih ingin mengakomodasi semua pihak yang beda-beda itu, maka kebenaran yang kita cari adalah kebenaran “demokrasi” bukan kebenaran ilmiyah. Kebanaran jatuhnya tanggal 1 Muharram, 1 Safar, 1 Rabiulawal termasuk 1 Ramadlan dan 1 Syawwal bukan kebenaran demokrasi, tetapi kebenaran ilmiyah. Jika disertai dalil-dalil ilmiyah, logis wajib kita terima sebagai suatu kebenaran. karena Allah sangat menghormati akal manusia.
Kepada Yth.
Bapak Prof. T. Djamaluddin
di tempat
Saya pernah membaca beberapa artikel Bapak terkait penentuan awal ramadhan, syawal maupun bulan dzulhijjah.
Disalah satu artikel, maaf Bapak pernah menulis yang intinya bahwa pelaksanaan awal ramadhan pada dasarnya diseluruh dunia pasti tanggal 1 ramadhan, namun pelaksanaan harinya bisa berbeda ini dikarenakan ada Garis Tanggal Internasional.
Yang ingin saya tanyakan tentang awal ramadhan 1432H/2011 ini, sebagaimana kita ketahui dan maklumi bersama bahwa pelaksanaan awal ramadhan tahun ini seluruh dunia adalah serempak hari SENIN tanggal 1 AGUSTUS 2011. Kira-kira apakah hal ini tidak bertentangan dengan kaidah Garis Tanggal Internasional yang seharusnya pelaksanaan harinya berbeda.
Jika Bapak berkenan sudi menjelaskan kepada saya yang awam ini.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas ilmunya.
Salam,
Rudi
Domisili : Bogor
Kalau garis tanggal qamariyah berdekatan dengan garis tanggl internasional, insya-allah awal Ramadhan bisa sernetak pada satu tanggal Masehinya. Dari garis tanggal awal Ramadhan tampak potensi kesamaan seperti itu, walau ada beberapa wilayah yang mungkin berbeda.
Kita tidak perlu menuntut serentaknya 1 Ramadlan dalam satu tanggal Masehi, karena pergantian hari qomariyah berbeda dengan pergantian hari Masehi, sistem pergantian bulan qomariyah berbeda dengan sistem Masehi.
Yang ingin kita wujudkan adalah kesepakatan kita ummat Islam (Internasional) untuk dapat menentukan, “tanggal 1 qomariyah dihitung sesaat setelah ijtima’. International Lunar Date Line (ILDL), yang bercirikan dinamis dan selalu berbah-ubah/bergeser.
Disinilah pentingnya secara internasional memilih satu “sistem hisab standar”
Pelaksanaan awal Ramadhan tahun ini tidak serempak di seluruh dunia. Bisa dibaca di: http://www.icoproject.org/icop/ram32.html, beberapa negara di antaranya Brunei Darussalam mengawali Ramadhan tahun ini besok tanggal 2 Agustus. Bisa juga dibaca di: http://www.bt.com.bn/news-national/2011/08/01/bruneians-start-fasting-tomorrow
Terima kasih atas tanggapannya, baik Pak T. Djamaluddin maupun Pak Badrus Zaman.
Maaf Pak Pak Badrus Zaman bisa diterangkan secara teknis kenapa Brunei, Australia dan Maroko bisa berbeda, padahal negara kita dekat Brunei dan Australia. Kenapa pula Nigeria lebih awal 1 hari ?
Jika Bapak berkenan sedikit menjelaskan, kami akan sangat senang memperoleh wawasan baru (maklum masih belajar).
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Brunei dan Australia menetapkan awal Ramadhan jatuh pada 2 Agustus tampaknya didasarkan pada ketidakberhasilan rukyat pada 31 Juli. Jadi mereka melakukan istikmal, menggenapkan Sya’ban menjadi 30 hari.
Nigeria melaksanakan awal Ramadhan 31 Juli tidak punya alasan astronomis. Kemungkinan mereka menggunakan kesaksian yang keliru karena tidak dibandingkan dengan data astronomis.
Apakah bisa pemerintan menyatukan perbedaan ?
Jawabnya tidak mungkin !
Yg dihati dirinya sendiri ga sama dengan ucapan dan laku perbuatannye.
Kalau kita berfikir positif, jalan menuju kebaikan sangat terbuka. Berfikir negatif hanya menghasilkan pesimisme kontraproduktif.
Pak T. Djamaluddin kami belum faham betul tentang “Garis Tanggal Internasional”, kami ingin mengetahui lebih detail lagi tentang hal tsb, kami sudah cari di google nampaknya belum dapat. Kira-kira ada tulisan Bapak tentang hal ini, kapan sejarah diberlakukan penentuan “GTI” apa definisinya, dsb?
Mohon bantuannya, terima kasih.
Silakan baca https://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/08/17/perlukah-menggantikan-gmt-dengan-mecca-mean-time/
Assalumualaikum, Pak TJ…. Kalo setiap ada perbedaan yang menyangkut Astronomi atau yang berkaitan dengannya, saya biasanya ambil referensi dari bapak, entah mengapa semenjak pertemuan di 2001 silam, saya yakin dengan keilmuan bapak TJ.
Pak saya sekalian mau bertanya tentang arah Qiblat yang katanya bergeser, tapi sedikit banyaknya telah terjawab oleh tulisan bapak, namun masih ada yang mau saya tanyakan,kemiringan atu derajat arh Qiblat bagi bandung dan daerah/kota-kota di jawa apakah berbeda? sebab jemaah ditempat saya antara peduduk asli bandung dan pendatang (luar jabar) khok arahnya berbeda? ada yang agak condong kearah kiri, padahal kalo dibandung condongya kearah kanan ya?.
trimakasih sebelumnya,
JAZAKALLOH
Maaf Pa, kl mau mencari garis ketinggian Hilal seperti pada gambar pertama dan ke dua di mana?
Gambar itu dari Taqwim Standar. Untuk bulan-bulan yang lain, silakan kunjungi situs BMKG:
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/Tanda_Waktu/
Pak Thomas, di salah satu tulisan blog anda, anda mengatakan bahwa hisab yang menggunakan kriteria wujudul hilal itu sudah usang/obsolete. Mohon penjelasan atas hal ini, usangnya bagaimana ? trims sebelomnya..
Assalamu alaikum Wr Wb
Prof T Djamaluddin yang saya hormati.
Perbedaan pendapat penentuan 1 syawal sering terjadi. Sebagai orang awam saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan :
1. Bagaimana konsep pemahaman umat pada jaman nabi tentang bentuk bumi dan susunan tata surya ?
2. Sejauh mana kemajuan bidang ilmu hisab pada jaman itu ?
3. Apakah saya salah jika saya berpendapat bahwa : melakukan rukyat hilal adalah cara yg paling mudah pada jaman nabi untuk menentukan 1 syawal. Apalagi pada saat itu belum ditemukan teropong (binokuler). Sehingga wajar dan sudah seharusnya nabi membuat aturan wujudul hilal (karena keterbatasan ilmu pada saat itu) untuk memudahkan umatnya (bukan mempersulit seperti yang dilakukan oleh pemuka agama saat ini).
4. untuk kasus sidang itsbat tgl 29-agustus 2011, apabila di Indonesia gagal melihat hilal, apakah berarti di tempat lain pada waktu yang bersamaan tidak terjadi hilal. Tugas perukyat adalah memastikan kebenaran hisab, jadi kalau menurut perhitungan ahli hisab ditentukan bahwa hilal tidak akan terlihat di seluruh wilayah indonesia maka para perukyat tidak perlu melakukan observasi di Indonesia melainkan mencari daerah (koordinat lain di muka bumi) yang mempunyai kemungkinan untuk melihat hilal. Tugas pemerintah mengirim ekspedisi ke titik tersebut.
Demikian pertanyaan saya.
Besar kiranya Prof T Djamaluddin berkenan untuk memberi tanggapan.
Terima kasih
Wassalamu alaikum Wr Wb
Asslm wr wb.
Prof, malam ini kita semua mendapat kepastian bahwa seluruh dunia, dari Eropa, Kanada, Singapura, Malaysia dan juga Arab Saudi menetapkan hari haya 1 Syawwal 1432 H sama dengan 30 Agustus 2011, padahal kalau dilihat gambar di atas, mereka tidak mungkin juga melihat hilal. Bagaimana penjelasannya Prof? Artinya, saat ini, di seluruh Dunia, yg 1 Syawwal 1432 H nya jatuh pd tgl 31 Agustus 2011 cuma Indonesia. Mohon penjelasan Prof.
Wasslm wr wb
coba akses ke http://www.moonsighting.org Anda akan lebih tahu negara mana yang lebaran 30 maupun 31. janganlah memberitakan sesuatu yang anda belum tahu pasti. BACALAH insyaallah kita akan lebih bijak. saya rasa tidak sulit mendapatkan sumber2 pengetahuan saat ini. akses internet sangat terbuka.
kriteria bpak, yg menybutkan 1 syawal 1432 H tgl 31 agustus 2011, trnyata meleset, Krna eropa, tokyo, malaysia, singapura, dan negara timur tngah 1 syawalnya 30 agustus. Trima kasih, prof. Sya lebih yakin dgn metode muhammadiyah.
kebanyakan mereka ikut makkah (arab saudi). pertanyaannya adalah apakah arab sudah betul dalam menetapkan awal bulan. coba ditelusuri lagi. open your mind.
Pak prof, sebagai manusia biasa bapak seharus tahu diri bahwa kekuasaan Allah jauh diluar kemampuan manusia. Dgn menggunakan alat canggih didukung dgn ilmu pengetahuan yg boleh dibilang cukup memadai tp, smua itu tdk mampu menembus ketentuan Allah. Sdh terbukti hasil penelitian bapak cs meleset 180 derajat. Bukti ini akan lbh memperdalam pengenalan kita kepada Allah S.W.T. Belajarlah mengenal Allah jangan hanya bs menyebutx.
Assalamualaikum pak
Saya mau menanyakan hal hal yang agak konseptual.
-Kenapa kita melihat hilal (bulan baru) berdasarkan perhitungan derajat. Kenapa kita tidak menentukan bulan baru berdasarkan posisi bulan setelah conjungsi? Bukankah teknologi astronomi sudah memungkinkan membaca hal tersebut dari pada melihat bulan dan matahari saat tenggelam yg lebih susah mengamatinya? Bukankah dengan melihat posisi matahari dan posisi bulan setelah conjungsi, meskipun sangat kecil derajatnya (anggap 0.001) secara astronomi juga sesuatu hal yang masih di-isyaratkan rasul di hadist tersebut??
salah satu perdebatan yang perlu diselesaikan adalah apakah HILAL itu? apakah bulan secara fisik ataukah pantulah cahaya dari bulan yang bisa kita lihat?… selamat berburu jawaban… Bacalah atas nama TuhanMU yang telah menciptakan….
Assalamualaikum lagi pak
Maaf, pertanyaan saya berikut nya juga anggap pertanyaan sepele, karena menurut saya Allah dan rasul juga tidak mempersulit bagi kita manusia utk melihat perubahan dan tanda tanda alam ini, sesuai dengan kemampuan kita melihat dan mengamatinya.
Pertanyaan saya juga sederhana saja, seandainya rasulullah hidup di zaman saat ini dimana kemajuan ilmu falak atau astronomi modern jauh sangat maju dibanding 15 abad sebelumnya. Berapa persen kemungkinan rasul menyuruh kita melihat hilal di hari sebelumnya pada saat matahari terbenam, padahal rasul sudah paham teknologi manusia saat ini sudah mampu melihatnya secara teknologi astronomi, tidak hanya pada saat matahari terbenam, tapi sampai jam 12 malam juga memungkinkan melihat posisi bulan di balik bumi dengan google sky.
Maaf pertanyaan saya yang anggap sepele, tapi menurut saya ini konseptual.
Mohon penjelasannya pak,. Besar harapan saya pak Djamaluddin bisa mengeluarkan kita dari belenggu ini karena penentuan ibadah 1 syawal yang sangat krusial dan sering berbeda bertahun tahun, Saya merindukan seperti zaman umar ibn khattab yang bisa juga menyatukan umat saat bacaan al quran dibaca dengan dialek masing masing negara yang akhirnya disatukan dengan dialek quraish. Dan saya merindukan kyai kyai pembaharu kita dahulu seperti KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyarie dan kyai kyai lain yang tercatat banyak sekali sangat menguasai ilmu falak di zaman nya dan banyak melakukan pembaharuan dalam islam dengan ilmu falak tersebut seperti penentuan arah mesjid dan lain lain.
Wassalamualaikum wr wb.
Jngn sembunyi prof, tampillah tuk menjawab pertanyaan2 yg ditujukan kpd bapak.
coba telusuri lagi, atas dasar apa mereka memutuskan idul fitri. Kalau kriteria dan dasarnya beda tentu saja berbeda. open your mind..
Pak Prof TJ ysh, saya ingin tahu dasar yg dipakai oleh metoda imkanur rukyat yaitu tinggi hilal 2 derajat itu apakah berdasarkan penelitian ilmiah ataukah dari mana? karena beberapa negara ada yg menggunakan 4 derajat, 5 derajat. Mohon dijelaskan riwayatnya kenapa sampai muncul angka 2 derajat dan bisa dijadikan dasar oleh pemerintah kita. Dan apakah secara visibilitas hilal memang bisa dibenarkan?
Kriteria 2 derajat didasarkan pada data rukyat yang dipercaya saat itu (pra-1990-an). Itu yang dijadikan salah satu kriteria MABIMS. Dengan data yang semakin banyak di Indonesia yang dibandingkan juga dengan data internasional, saya mengusulkan penyempurnaan kriteria tersebut menjadi: (1) beda tinggi bulan-matahari minimal 4 derajat, (2) elongasi (jarak bulan-matahari) minimal 6,4 derajat.
Pertanyaan Mels cukup menggoda pikiran saya Prof, yaitu substansinya antara lain tafsir dari “RUKYAT” pd jaman seperti sekarang ini. Kemajuan ilmu dan teknologi astronomi saat ini yg sdh sgt jauh berbeda dgn jaman Rosul, dimana perhitungan gerhana saja (konjungsi juga) sampai sedemikian telitinya. Dan perhitungan2 dan visualisasi utk penentuan awal bulan qomariyah dgn software2 astronomi spt stellarium dsb sdh sedemikian menunjukkan, betapa sudah “TERLIHAT” nya bahwa tgl 29 agustus pd saat matahari terbenam, matahari sdh lebih dulu terbenam drpd bulan, artinya sdh masuk 1 Syawal, dan shalat idulfitri jatuh pd tgl 30 Agt 2011. Dan bkn tdk mgkin kedepan ditemukan teknologi utk melihat hilal walau di bwh 2 drjt. Saya jd berpikir jg kalau jaman skrg harus menggunakan tafsir rukyat spt jaman Rosululloh SAW, berarti utk masuk waktu shalat juga harus melihat matahari. Shalat shubuh lihat cahaya fajar sdh muncul belum, shalat dzuhur harus liat bayang2 kita dst, bagaimana kalau mendung atau hujan. Saya pikir kalau mau konsisten kita shalat juga jd harus seperti itu Prof. Maaf kalau pemikiran saya salah, mohon dikoreksi. Terimakasih.
Tapi kalau utk menentukan waktu shalat tdk disuruh utk istikmal kalau tanda2 yg berkaitan dng mataharinya blm tampak. Beda dng penentuan awal bulan.
Sebetulnya prinsip yg harus dipegang teguh umat Islam sampai kapan pun KARENA INI URUSAN IBADAH BUKAN KAJIAN ILMIAH ATO TEKNOLOGI rujukannya harus dikembalikan ke Qur’an dan Sunnahnya baik dg dalil umum maupun yg khusus. Setelah sepakat dgn semua dalil naqli tersebut dan disepakati keshahihannya baru teknologi dipakai utk menunjang dalil naqli tsb. Teknologi itu adalah pendukung dan tidak mungkin bertentangan dengan ke-2 sumber tadi. Ironinya sekarang terjadi teknologi/akal fikiran itu menjadi dalil dan bisa mengubah apa yg telah Rasul saw tetapkan. Pertanyaan seperti seandainya Rasul hidup di jaman modern ini. bla..bla..bla maaf sebtulnya tidak boleh terjadi. Ini sama saja melecehkan Allah dan rasulNya yg seolah2 dulu tidak pernah akan tau klo skrg jaman sudah modern.. teknologi sudah tidakseterbelakang dahulu.. ini menurut saya sangat keterlaluan. Islam itu mudah sehingga syariat yg ditetapkan bisa digunakan diberbagai kondisi, setiap zaman dan diberbagai tempat. Penggunaan Hisab itu untuk membantu melihat hilal/rukyah biar tidak salah melihat objek langit lain sehingga hisab seharusnya diarahkan untuk menentukan rukyah tersebut.
Bila ada satu daerah atau zaman yg jauh dari teknologi hisab apakah kemudian rukyah dgn mata atau teropong jadi salah padahal jelas2 ada hadistnya yg membimbing utk rukyah. Rukyah jg tidak akan bertentangan dgn hisab jika memaknai hadits2 khusus misal (… jika terhalang awan genapkanlah 30 hr) dijadikan patokan utk hisab jadi hisabnya itu krn berpatokan bisa dilihat mata manusia baik pake alat ato tidak. Jika pake kriteria wujudul hilal hadits diatas digugurkan oleh otak kita. Sama saja gara2 teknologi air wudlu dari sungai/laut dll diganti dgn air yg didestilasi pake oksigenisasi dsb atau debu diganti bahan lagi yg lebih high tek atau thawaf dan sai tidak boleh jalan kaki lagi karena semuanya sudah pake ban berjalan atau kendaraan khusus berteknologi tinggi… apakah ini cara pola otak kita berfikir dalam beribadah??
Tolong Prof Jamal bisa berikan gambaran bagaimana perbedaan ini akan terjadi dalam 100 th ditempat yg sama jk menggunakan kriteria wujudul hilal saya kira paling tidak ada 30 -35 th ada perbedaan dgn yg menggunakan imkanur rukyah apakah di awal ramadhan, idul fitri atau idhul adha.. apakah itu Yg Rasul inginkan atau itu yg kita ingin kan????
Yang Rasululloh Muhammad saw inginkan… Adalah kita menghargai dan mensyukuri semua anugerah yang telah Alloh swt berikan kepada kita…
Nabi sangat menghargai Iptek… terbukti dengan cara penebusan tawanan perang dengan cara mengajarkan baca tulis…
Penetapan Awal Bulan Qomariyah bila ada perbedaan antara Kriteria Wujudul Hilal dengan Kriteria Imkanur Rukyat…
Secara Syar’i diperbolehkan… artinya dua-duanya dinilai benar oleh Alloh swt sesuai kemampuan nya masing-masing…
TAPI TIDAK SECARA KENYATAAN NYA…
Pasti ada 1 yang keliru… tidak mungkin dua-duanya benar…
Salah satu cara untuk membuktikan nya… adalah dengan melihat tanggal 14-15 dari versi masing-masing…
Tadi malam… malam Senin 12 September 2011…
Pada jam 18.30 saja… Bentuk penampakan bulan Nyaris Bulat Penuh… seperti bulan purnama saja…
Bentuk bulan seperti itu tidak mungkin bentuk bulan tgl 13 Qomariyah… tapi tgl 14 Qomariyah…
Malam Senin tadi itu menurut :
Kalender Hijriyah Pemerintah = 13 Syawal
Kalender Hijriyah Muhammadiyah = 14 Syawal
Itu artinya Secara Kenyataan nya…
Penetapan Bulan Syawal versi Muhammadiyah = Benar
Penetapan Bulan Syawal versi Pemerintah = Salah
CARA TEPAT MENETAPKAN 1 SYAWAL & IDUL ADHA:
*) http://www.mediafire.com/?5e87dw6w9w1m12s
*) http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/11/cara-tepat-menetapkan-1-syawal-idul-adha/
[…] waktu terjadinya gerhana matahari dan bulan jarang yang meleset. [8] Sebagai suplemen : https://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/07/19/garis-tanggal-ramadhan-dan-syawal-1432/ http://www.enersi.com/2011/08/prediksi-awal-bulan-syawal-1432.html […]
[…] waktu terjadinya gerhana matahari dan bulan jarang yang meleset. [8] Sebagai suplemen : https://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/07/19/garis-tanggal-ramadhan-dan-syawal-1432/ http://www.enersi.com/2011/08/prediksi-awal-bulan-syawal-1432.html […]
[…] waktu terjadinya gerhana matahari dan bulan jarang yang meleset. [8] Sebagai suplemen : https://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/07/19/garis-tanggal-ramadhan-dan-syawal-1432/ http://www.enersi.com/2011/08/prediksi-awal-bulan-syawal-1432.html […]